Kamis, 15 Desember 2011

it's aLL about Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai paru-paru, berserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak. Di negara berkembang maupun di negara maju, anak-anak yang menderita ISPA masuk ke rumah sakit sudah dalam kondisi buruk. Penyakit saluran pernafasan pada bayi dan anak-anak akan mengakibatkan kecacatan sampai pada masa dewasa. 

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak (WHO, 1992). Berbagai laporan mennyatakan bahwa ISPA anak merupakan penyakit yang paling sering pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran pernafasan bawah. 

World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008). Berdasarkan data laporan tahunan puskesmas Kelurahan Warakas Jakarta Utara, jumlah kasus pola penyakit penderita rawat jalan semua umur pada tahun 2010-2011 adalah 8768 kasus, dengan jumlah kasus ISPA 5722 kasus (65,26%). 

Dari data diatas kegawatan yang dapat muncul akibat ISPA pada anak salah satunya adalah pneumonia. Pneumonia adalah proses peradangan yang akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. 

Perawat keluarga adalah perawat profesional yang memiliki dedikasi tinggi dengan pemahaman yang berbasis komunitas, dimana perawat tersebut dalam pemberian pelayanan ke keluarga berkolaborasi dengan individu, keluarga dan pemberi pelayanan lainnya dalam konteks pelayanan kesehatan utama. Dengan adanya insiden, angka kejadian dan komplikasi ISPA maka dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan keluarga, perawat melakukan perannya. Peran perawat dalam penanggulangan ISPA pada anak mempunyai peran yang penting meliputi empat aspek yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Aspek promotif yaitu peran perawat sebagai edukatif dimana perawat berfungsi membantu keluarga untuk meningkatkan kesehatan melalui pemberian pendidkan kesehatan tentang ISPA pada anak dan memberikan informasi seluas-luasnya melalui leaflet, poster, dan lain-lain. Aspek preventif perawat berperan sebagai konseler degan pemberi informasi dalam cara pencegahan dan pencegahan komplikasi dari ISPA bagi penderita seperti pemberian imunisasi dan pemberian gizi yang seimbang dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Aspek kuratif adalah perawat sebagai pemberi pelayanan langsung dalam pemberian pengobatan dan perawatan klien dirumah seperti pemberian ½ sendok teh perasan jeruk nipis yang ditambahkan dengan ½ sendok teh kecap atau madu. Aspek rehabilitatif yaitu perawat sebagai koordinator adalah suatu upaya untuk memulihkan kondisi seperti sebelum sakit dengan pencegahannya yaitu dengan menjaga kondisi badan anak, lingkungan dan memberikan makanan yang bergizi.

KONSEP DASAR ISPA

1. Pengertian 
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma) atau aspirasi substansi asing yang melibatkansuatu atau semua bagian saluran pernasan. (Donna L. Wong, 2003 : hal. 458). 

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia tanpa atau disertai radang paru. (Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2010 : hal. 110). 

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah suau kelompok infeksi pada sistem pernafasan yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, berlangsung kurang lebih 14 hari. (Dina Kartika Sari, dkk 2010 hal : IV.1). 

Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernafasan atas sehingga terjadinya infeksi atau peradangan di saluran penafasan atas yang berlangsung selama 14 hari yang ditandai dengan batuk dan pilek. 

2. Etiologi 
ISPA dapat disebabkan oleh : 
a. Virus : influenza, mikrovirus, koronavirus, pikornavirus, miklosplasma, herpesvirus. 
b. Bakteri : streptococcus pneumoniae, genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebakterium. 
c. Riketsia : parasit. 
d. Tertular penderita yang sakit. 
e. Daya tahan tubuh yang kurang. 
f. Imunisasi belum lengkap. 
g. Lingkungan yang tidak sehat. 
h. Istirahat yang kurang. 
i. Tingkat sosial ekonomi yang rendah. 
j. Tingkat pendidikan yang rendah. 

3. Patofisiologi 
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-factor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (http://doctorology.net). 

Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai dengan malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga disertai dengan diare. (Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2010 : hal. 113).

Selain itu, demam pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. meningismus adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudinzky. Anoreksia biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum. Vomitus biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. Diare (Mild Transient Diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. Sumbatan pada jalan nafas atau nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. Batuk merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Suara nafas biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (http://nursingbegin.com/askep-ispa-anak/). 

Komplikasi yang dapt terjadi antaranya pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh macam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur atau benda asing. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun. Sinusitis paranasal, komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri kepala bertambah, nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai sekret yang purulen. Penutupan tuba eustachii, infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri jika kepala digoyangkan. Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, muntah dan diare. Laringitis pada orang dewasa hanya penyakit ringan saja, tetapi pada anak berbeda karena disertai batuk keras, suara serak sampai afoni, sesak nafas dan stridor. Hal ini disebabkan oleh edema laring dan sekitar pita suara karena rima glotis lebih kecil dibandingkan orang dewasa, daerah ini mengandung lebih banyak pembuluh darah atau getah bening, ikatan mukosa dengan jaringan di bawahnya masih lebih longgar. Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi bronkus. Serta dapat mengakibatkan kematian karena adanya sepsis yang meluas. 

Klasifikasi ISPA diantaranya ISPA ringan tanda dan gejalanya seperti batuk, pilek, serak dan demam. ISPA sedang tanda dan gejalanya seperti nafas lebih dari 40 x/menit pada usia lebih dari 1 tahun, suhu tubuh lebih dari 39˚c, timbul bercak merah pada kulit menyerupai campak, tenggorokan berwarna merah, telinga terasa nyeri bahkan sampai mengeluarkan nanah dari lubang telinga, Pernafasan terdengar seperti stridor. Sebagian tanda – tanda ISPA berat adalah tanda-tanda ISPA ringan dan sedang, disertai: bibir dan kulit membiru, penurunan kesadaran, pernafasan lebih dari 60 x/menit. 

4. Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur atau biakan kuman hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count) laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (http://nursingbegin.com/askep-ispa-anak/). 

5. Penatalaksanaan 
a. Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antiboitik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. 
b. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah. 
c. Kemoprofilaksis : dapat diberikan adamantanamin atau amantadin HCL dengan dosis 2 x 100 mg. Cara ini tidak memberikan kekebalan, hanya menghambat atau mencegah virus masuk ke dalam sel. 
d. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). 
e. Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

3 komentar: