Rabu, 14 Desember 2011

it's aLL about Kurang Kalori Protein (KKP)

Lebih dari 40% anak-anak yang menderita kekurangan kalori protein (KKP) meninggal. Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh gangguan elektrolit, infeksi, hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah), kegagalan jantung.

Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan. Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat. Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat, system kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami (www.7aFaInfo.blogspot.com )

A. Pengertian
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi (PEM)
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a) Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b) Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang.
c) Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
(Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta)

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

B. Etiologi
1) Marasmus
a) Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian
b) makanan.
c) Penyakit metabolic
d) Kelaian congenital
e) Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya.
2) Kwashiorkor
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protein
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.

C. Patofisiologi
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino. 

2. Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati. 

D. Manifestasi Klinis
1. Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau tehenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.

2. Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral

E. KOMPLIKASI
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia)
Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis.
Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis)
Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf
5. Defisiensi Vitamin B12
Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat
Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C
Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat
Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu.

F. Pemeriksaan Penunjang.
1. penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa.
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat.
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.

G. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.

H. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Infant
a) Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembangan karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor baik secara herediter maupun lingkungan (wong, 2000). Terdapat berbagai pandangan teori pertumbuhan dan perkembangan anak 

b) Perkembangan Psikoseksual (freud)
Fase oral (0-12 bulan) selama masa bayi, sumber kesenangan anak berbesar berpusat pada aktivitas oral, seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan mengusap. Hambatan atau ketidakpuaan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan memengaruhi fase perkembangan berikutnya.
c) Perkembangan Psikososial (Erikson)
Percaya versus tidak percaya (0-12 bulan) Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar pada fase ini. Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungannya dengan orang lain dan orang yang pertama berhubungan dalah orang tuanya, terutama ibunya. Belaian cinta kasih ibu dalam memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan dasar anak yang konsisten terutama pemberian makan disaat anak lapar dan haus adalah sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya ini.
d) Perkembangan kognitif (piaget)
Menghisap (sucking) adalah cirri utama pada perilaku bayi dan berkembang sekalipun tidak sedang menyusu. Apabila lapar bayi menangis, lalu ibu menyusuinya dan anak terdiam. Kemudian, jika ibu menysui sambil bernyanyi atau bersenandung, anak kemudian terdiam. Dialin waktu jiak bayi menangis dan ibu menyanyi dan ibu bersenandung, bayi juga terdiam. Jaid, bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dengan dikondisikan oleh lingkungannya.

e) Konsep Hospitalisasi anak Usia Infant
Masa bayi (0-12 bulan) masalah yang terutama terjadi adalah karena dampat dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anziety atau cemas apabila berhadapatn dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.

ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst. 

2. Keluhan utama
2.1 Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
2.2 Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan kurus dll.

3. Riwayat kesehatan;
A. Riwayat penyakit sekarang
a) Kapan keluhan mulai dirasakan
b) Kejadian sudah berapa lama.
c) Apakah ada penurunan BB
d) Bagaimanan nafsu makan psien
e) Bagaimana pola makannya
f) Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis obatnya.

4. Pola penyakit dahulu
a) Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang 

5. Riwayat penyakit keluarga
a) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.

6. Riwayat penyakit sosial
a) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi.
c) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
d) Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.

7. Riwayat spiritual
a) Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
PENGKAJIAN FISIK 1.Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi pasien meliputi :
a) Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
b) Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka seperti bulan.
c) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam, tampak siannosis, perut membuncit.

2.Palpasi
a) Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
b) Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.

2. Diagnosa Keperawatan.
Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh

Marasmus
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

3 Intervensi Keperawatan
Kwashiorkor
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg per 3 hari.
Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat BB pasein
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d) Memberikan makanan tinggi TKTP
e) Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f) Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a) BB menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e) Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a) Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b) Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c) Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d) Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.
Rasional :
a) Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b) Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai kemampuannya.
c) Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d) Sebagai support mental bagi pasien

3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh
Tujuan :
Mencegah komplikasi
Intervensi :
a) Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b) Menjaga personal hygiene pasien
c) Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d) Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a) Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b) Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c) Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d) Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral. 

Marasmus
1. gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan pasien tidak mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak kusam, penderita mau makan.
Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan.
d) Memberi makanan TKTP
e) Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f) Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a) BB menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang adekuat ditandai dengan turgor kulit yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit normal, bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus, nadi normal.
Intervensi :
a) mengukur tanda vital pasien.
b) Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c) Mengukur input dan output tiap 6 jam.
d) Memberikan cairan lewat parenteral
Rasional :
a) Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b) Alternative penggantian cairan secara cepat.
c) Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien.
d) Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui parenteral

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a) Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b) Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c) Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah posisi.
d) Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.
Rasional :
a) Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b) Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c) Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d) Sebagai support mental bagi pasien.

4 Evaluasi
Kwashiorkor
1. Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2. Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan orang lain.
3. Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
Marasmus
1. Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit normal, mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal. Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar