Kamis, 15 Desember 2011

it's aLL about KONSEP ASKEP KELUARGA

Keperawatan keluarga yang kita kenal sekarang ini dapat dikatakan sebagai pendatang baru dalam ilmu keperawatan, walaupun demikian, keperawatan keluarga yang merupakan integritas dari bidang spesialisasi lain dalam keperawatan mencuri perhatian banyak orang mengingat spesialisasi ini berkembang secara dinamis dengan berfokus pada praktek, pendidikan dan penelitian. Keperawatan keluarga berangkat dari pandangan sistem kesehatan yang berbasis komunitas dengan sasaran yang dimulai dari individu, kelompok, keluarga sampai masyarakat. Namun yang menjadi sasaran utama adalah keluarga. 

Keluarga sebagai perhatian utama keperawatan keluarga, dimana keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan, keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi. Keluarga juga sebagai tempat penemu kasus terdini dengan adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga yang lain. Individu dipandang dalam konteks keluarga dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dab fungsinya apabila individu-individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka. Serta keluarga dipandang sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.

Friedman dalam teori model family centre nursing menjelaskan bahwa keluarga sebagai suatu sistem sosial yang merupakan kelompok terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

Sasaran keperawatan komunitas pada tingkat keluarga adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu : Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik). Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri. Dan keluarga dengan tindak lanjut perawatan. Salah satunya keluarga dengan masalah kesehatan ISPA pada anak balita. 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Konsep Keluarga
a. Definisi

Menurut Departemen Kesehatan RI (l998) yang diadopsi oleh Friedman (1998) mengatakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah kesatuan dari orang-orang yang terkait dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Friedman, 1998).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai ikatan perkawinan dan pertalian darah yang hidup atau tinggal dalam satu rumah tangga, dibawah asuhan kepala keluarga setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing dan saling ketergantungan.

b. Tipe atau Jenis Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokan. Menurut Nasrul Effendy dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat (l998) menjelaskan atau tipe keluarga diantaranya :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak. 
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga Duda atau Janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena penceraian.
5) Keluarga Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kahabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Sussman (1974) dan Maclin (1988) membagi bentuk-bentuk keluarga menjadi 2 bentuk diantaranya : 
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
b) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.
c) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu satu orang yang mengepalai keluarga sebagai konsekuensi perceraian.
d) Bujangan yang tinggal sendirian.
e) Keluarga besar tiga generasi.
f) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia.
g) Jaringan keluarga besar. 

2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orangtua yang memiliki anak tanpa menikah.
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah.
c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).
d) Keluarga gay.
e) Keluarga lesbi.
f) Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan anak – anak yang secara bersama – sama menggunakan pfasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.

c. Struktur Keluarga
1) Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarganya
a) Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
b) Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana pola komunikasi ayah ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

2) Ciri-ciri struktur keluarga
a) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota keluarga tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang merawat anak.

3) Dominasi struktur keluarga
a) Dominasi jalur hubungan darah
(1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun mealui jalur garis ayah. Suku-suku di indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
(2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun mealui jalur garis ibu. Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b) Dominasi keberadaan tempat tinggal
(1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
(2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
c) Dominasi pengambilan keputusan
(1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
(2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

d. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan peranan keluarga memperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga, kelompok, dan masyarakat, Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peran ayah
Peranan formal sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah. Informal sebagai pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dari lingkungan.
2) Peran ibu
Peran formal sebagai istri ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan pelindung. Peran informal sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahana dalam keluarga.
3) Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

e. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yang di adopsi oleh suprajitno dalam bukunya asuhan keperawatan keluarga (2004) sebagai berikut yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meninggalkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

f. Tahap-Tahap Keluarga Dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap perkembangan menurut Duvall yaitu :
1) Tahap keluarga pemula atau pasangan baru menikah
Keluarga yang dimulai saat individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah saling memuaskan pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas peran masing-masing pasangan.
2) Keluarga dengan kelahiran anak pertama
Tahap ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Tugas perkembangannya adalah mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain : memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar dan masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks dan mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
3) Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangannya adalah menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenal kultur keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil, memperhatikan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir disaat anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah adalah : memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.
5) Tahap keluarga dengan anak remaja
Tahap ini di mulai ketika anak pertama berumur l3 tahun dan berakhir saat anak berumur 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahap ini sering kali ditemukan beda pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas perkembangannya adalah memberikan perhatian lebih pada anak remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah atau kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.
6) Tahap keluarga yang melepas anak kemasyarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orangtuanya untuk memulai hidup baru, bekerja dan berkeluarga sehingga tugas perkembangan pada tahapan ini antara lain : mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak-anak.
7) Tahap berdua kembali
Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan baru antara lain : menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan.
8) Tahap keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Masa tua biasa di hinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tahap keluarga pada tahapan ini adalah saling memberi perhatian yang menyenangkan antara pasangan, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan, mengigat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Potter dan Perry, 2005).
1) Pengkajian keluarga model Friedman
Asumsi yang mendasari pengkajian model Friedman antara lain yaitu keluarga sebagai system social yang merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman mernberi batasan enam katagori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

2) Tahapan-tahapan pengkajian
Untuk mempertahankan perawat keluarga saat melakukan pengkajian, digunakan istilah penjajakan pertama dan penjajakan ke dua.
a) Penjajakan pertama
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan pertama antara lain adalah data umum, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga, data tambahan, dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat di identifikasi masalah kesehatan keluarga.
b) Penjajakan kedua
Pengkajian yang tergolong kedalam pengkajian kedua diantarannya pengurnpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakan diagnosa keperawatan keluarga, adapun ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya adalah ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan, dan ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial klien terhdap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Perry & Potter, 2005).

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan tentang factor-factor yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan. Diagnosa yang digunakan mengacu pada kriteria diagnosa North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). Sedangkan untuk etiologi mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Friedman 1999).

Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat, contohnya ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. S khususnya An. R (5 tahun) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA.
2) Resiko atau resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat, contohnya resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. S khususnya An. R (5 tahun) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga Tn. S khususnya An. R dengan kurang nutrisi.
3) Potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan, contohnya potensial tumbuh kembang, yang optimal pada An. keluarga Tn. adapun masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan gastritis.

c. Perencanaan Keperawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas masalah keperawatan berdasarkan skala prioritas di atas adalah sebagai berikut:
1) Sifat masalah
Menentukan sifat masalah aktual bobot yang paling besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari serta dirasakan oleh keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Perawat perlu mempertahankan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, tindakan-tindakan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga, di antaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana, sumber daya perawatan, di antaranya adalah pengetahuan keterampilan dan waktu. 
3) Potensial masalah untuk dicegah
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah kepelikan masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok resiko tinggi “high risk” dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Menonjolnya masalah
Untuk menonjolnya masalah perawatan perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skore tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan.

Dalam menentukan prioitas masalah keperawatan, dilakukan dengan cara skoring yaitu sebagai berikut :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlah skore untuk semua kriteria 
4) Skore tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot

Perencanaan adalah perumusan tujuan yang berorientasi pada klien yang mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengaku pada penyebab. Friedman (1998), yang memberikan gambaran berkaitan dengan klasifikasi intervensi antara lain :
1) Suplemental yaitu berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung pada keluarga sebagai sasaran seperti imunisasi pada balita, imunisasi pada ibu hamil, perwatan luka DM dan pembelajaran pembuatan obat tradisional.
2) Fasilitatif yaitu perawat keluarga menyingkirkan halangan-halangan terhadap pelayanan yang diperlukan, seperti pelayanan medis, kesejahteraan social, transfortasi dan pelayanan kesehatan dirumah.
3) Developmental atau Perkembangan yaitu tujuan-tujuan perawatan diarahkan pada perbaikan kapasitas penerima perawat agar dapat bertindak atas nama dirinya. Membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem dukungun sosial interna maupun eksterna dalam satu intervensi dengan kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.

Sasaran adalah keadaan atau situasi yang diharapkan setelah dilaksanakan sasaran merupakan tujuan dimana segala usaha diarahkan. Prinsip-prinsip dalam menentukan sasaran ditentukan oleh perawatan bersama keluarga, dapat diterirna keluarga dan keluarga dapat mengambil tindakan untuk memecahkan.

Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar menunjukan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

Tujuan merupakan pernyataan yang lebih terinci tentang hasil keperawatan yang akan menentukan kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan bila dilihat dari jangka waktu, tujuan perawatan keluarga dapat dibagi dua :
1) Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah, dimana perubahan prilaku dari yang merugikan kesehatan kearah prilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini lebih sebagai sasaran asuhan keperawatan keluarga.
2) Tujuan khusus dalam rencana keperawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil masing-masing kegiatan.

Prinsip-prinsip perencanaan diantaranya :
1) Tindakan-tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah.
2) Rencana tindakan yang dibuat akan dapat dilakukan mandiri oleh keluarga.
3) Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan.
4) Rencana perawatan sederhana dan mudah dilakukan.
5) Rencana perawatan dapat dilakukan secara terus-menerus oleh keluarga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien, kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan panca indera perawat yang objektif, rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.

d. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).

Pelaksanaan perawatan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari pelaksanaan keperawatan keluarga antara lain :
1) Pelaksanaan keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat.
2) Pelaksanaan keperawatan dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah.
3) Kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
4) Pendokumentasian pelaksanaan keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.

Menurut Bailon dan Maglaya (1978) hambatan yang seringkali dihadapi perawat keluarga saat melakukan pelaksanaan keperaatan adalah :
1) Kurangnya informasi yang diterima keluarga
2) Tidak menyeluruhnya informasi yang di terima oleh keluarga
3) Informasi yang diperoleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi.
4) Keluarga tidak mau menghadapi situasi.
5) Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada.
6) Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga.
7) Kurang percaya pada tindakan yang diusulkan.

Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari petugas, antara lain :
1) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas kaku dan kurang fleksibel.
2) Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya.
3) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan bermacam-macam tehnik dalam mengatasi masalah yang rumit.

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Parry, 2005).
1) Sifat evaluasi
Evaluasi Tahap kelima atau tahap akhir dari proses keperawatan keluarga dan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam perencanaan.

Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinaju kembali yaitu :
a) Tujuan tidak realitis.
b) Tindakan keperawatan tidak tepat.
c) Faktor – faktor lingkungan yang tidak bisa di atasi.

2) Kriteria dan standar
Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar telah menunjukan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

3) Evaluasi kualitatif dan kuantitatif
Dalam evaluasi kuantitatif menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan, misalnya kunjungan ANC pada bumil. Evaluasi kuantitatif kelemahannya hanya mementingkan jumlah, padahal belum tentu banyaknya kegiatan yang dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang memuaskan. Evaluasi kualitatif dapat dilihat pada :
a) Evaluasi struktur
Berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan.
b) Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. 
c) Evaluasi hasil
Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan.

4) Metode evaluasi
a) Observasi langsung.
b) Memeriksa laporan atau dokumentasi.
c) Wawancara.
d) Latihan stimulasi.

5) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan yang diberikan pada keluarga oleh perawat keluarga. Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan keuntungan pada perawat dengan uraian sebagai berikut :
a) Subjektif
Pernyataan dan uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan setelah diberikan tindakan keperawatan.
b) Objektif
Data-data yang bisa diamati, bisa berupa kemajuan atau kemunduran dan status kesehatan sekarang.
c) Analisa
Pernyataan menunjukan sejauh mana masalah keperawatan dapat tertanggulangi.
d) Planning
Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak sebuah rencana, sehingga inovasi dan modifikasi bagi perawat keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar