Kamis, 15 Desember 2011

it's aLL about PRILAKU KEKERASAN (PK)

Kemarahan adalah suatu perasaan/ emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai manusia. 

Marah juga merupakan reaksi/ ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan separti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginannya pengungkapan marah secara konstruktif akan menimbulkan perasaan lega. 

Marah merupakan suatu peringatan sehingga perlu diperhatikan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. untuk berbagai alasan orang mempunyai hak untuk menolak, tidak percaya, atau bertindak sesuai hati. orang memandang bahwa marah adalah perbuatan dosa dan merupakan tindakan dosa dan merupakan tindakan dekstruktif. Orang berusaha untuk mengekspresikan marah dengan cara-cara yang dapat diterima secara social.



PRILAKU KEKERASAN


A. Definisi 

Kemarahan adalah suatu perasaan/ emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai manusia. 
Marah juga merupakan reaksi/ ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan separti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginannya pengungkapan marah secara konstruktif akan menimbulkan perasaan lega.. 
Marah merupakan suatu peringatan sehingga perlu diperhatikan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.untuk berbagai alas an orang mempunyai hak untuk menolak, tidak percaya, atau bertindak sesuai hati. orang memandang bahwa marah adalah perbuatan dosa dan merupakan tindakan dosa dan merupakan tindakan dekstruktif. Orang berusaha untuk mengekspresikan marah dengan cara-cara yang dapat diterima secara social. 

B. Rentang Respon

Adaptif dan maladaptif
Asertif : Merupakan pendapat, ekspresi tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara. Hal ini akan menimbulkan kketenangan. 
Frustasi : Respon akibat gagal mncapai tujuan, kepuasan atau rasa aman, individu tidak dapat menunda sementara atau menentukan alternative lain. 
Pasif : perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak – haknya, merasa kurang mampu, harga diri rendah, pendiam, pemalu dan sulit diajak berbicara. 
Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol. 
Violence :Rasa aman dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri sehingga dapat merusak diri dan lingkungan. 

C. Etiologi

1. kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, mudah tersinggung dan cepat marah. 
2. prustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga individu merasa lemas dan terancam. Individu akan berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak – hak orang lain. 
3. kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung. 

Respon marah diungkapkan dengan cara : 
1. mengungkapkan secara verbal atau langssung pada saat itu sehingga dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaannya. 
2. menekankan kemerahan atau pura – pura tidak marah. Hal ini mempersulit diri dan menganggu hubungan interpersonal. 
3. menentang atau melarikan diri, cara ini menimbulkan rasa bermusuhan dan bila dipakai terus menerus. Kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau orang lain sehingga akan tampak sebagai psikomatis, agresif dan mengamuk. 

Perubahan yang terjadi : 
1. Fisiologi 
Tekanan darah meningkat RR meningkat, nafas dalam, tonus otot meningkat, muka merah, salica meningkat, mual, peristatik lambung menurun atau perubahan kadar HCL lambung, fight atau fhight, frekuensi berkemih meningkat, dilatasi pupil. 
2. Emosi 
Jengkel, labil, tidak sadar, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam, merasa tidak aman, bermusuhan, marah, bersi keras, dendam, menyerang, takut, cemas dan merasa beda. 
3. Intelektual 
Bicara mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan, konsentrasi menurun dan persuasive. 
4. Social 
Menarik diri, curiga, agresif, mengejek, menolak, kasar, dan humor. 
5. Spiritual 
Ragu – ragu, moral bejat, kebijakan. 

D. Fungsi positif marah 

1. Emergency junction : 
Rasa marah akan menambah energy atau tenaga seseorang karena emosi akan menimbulkan adrenalin dalam tubuh yang mengakibatkan peningkatan metabolism sehingga terbetuk energy tambahan. 
2. Ekspresife junction : 
Dengan mengekspresikan kemarahan orang akan memperlihatkan atau mengkomunikasikan pada orang lain keinginan dan harapannya secara terbuka tanpa melalui kata – kata ekspresi yang terbuka menandakan hubungan yang sehat. 
3. Self promotional junction 
Marah dapat digunakan memproyaksika konsep diri yang positif atau meningkatkan harga diri. 
4. Defensif junction. 
Kemarahan dapat meningkatkan pertahannan ego dalam menanggapi kecemasan yang meningkat dalam konflik eksternal. 
5. Potienting junction. 
Kemampuan koping terhadap kkoping marah akan meningkatkan kemampuan mengontrol situasi, persaingan tidak sehat. 
6. Disciminatyng junction. 
Engan mengeksprisikan marah, individu dapat membedakan keadaan alam perasaan : sedih, jengkel dan marah 

E. Asuhan Keperwatan 

1. Pengkajian. 
a. Faktor predisposisi 
Biologis. 
Dalam otak, system lindik berfungsi sebagai regulator atau pengatur perilaku, adanya lesi pada hipotalamus dan amit gala dapat mengurangi atu meningkatkan perilaku agresis. 
Psikologis. 
Memuat lorcus agresif adalah pembawaan individu sebagai respon stimulus yang diterima, respon tersebut berupa pertengkaran atau permusuhan. 
Sosiokultural. 
Nama – nama cultural dapat digunakan untuk memahami ekspresi agresif pada individunya. 
Stressor respiratorik. 
- Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang. 
- Ancaman internal : kegagalan, kehilangan perhatian. 
- Ancaman terhadap fisik : permusuhan, penyakit fisik. 
- Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah. 
Stressor presipitasi. 
- Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik. 
- Ancaman terhadap konsep dasar : frustasi, harga diri rendah. 
- Ancaman eksternar : serangan fisik, kehilangan orang/ benda berarti. 
- Ancaman internal : kegagalan, kehilangan perhatian. 

Mekanisme koping. 
a. Denial 
Mekanisme pertahanan ini cenderung meningkatkan marah seseorang karna sering digunakan untuk mempertahankan harga diri akibat ketidak mampuannyan. 
b. Sublimasi 
Adalah dengan mengalihkan rasa marah pada aktivitas lainnya. 
c. Proyeksi 
Juga cenderung mengingatkan ekspresi marah karena individu berusaha mengekspresikan marahnya terhadap orang/ benda tanpa dihalangi. 
d. Formasi 
Adalah perilaku fasif-agresif karena perasaannya tidak dikeluarkan akibat ketidakmampuannya mengekspresikan kemarahannya atau memodifikasi perilakunya. Pada saat-saat individu tertentu individu dapat menjadi agresif secara tiba-tiba. 
e. Respresi 
Merupakan mekanisme pertahanan yang dapat menimbulkan permusuhan yang dapat menimbulkan permusuhan yang tidak disadari sehingga individu bersifat eksploaitatif, manifulasi, dan ekspresi lainnya yang mudah berubah. 

2. Pohon masalah. 

Resiko perilaku kekerassan 

Ganggua konsep diri : HDR 

Mekanisme koping inefektif 

2. Diagnose keperawatan. 
a. Resiko PK 
b. Mekanisme koping inefektif 
c. Ketidakmampuan mengekspresikan kemarahan 
d. Gangguan konsep diri : HDR 

3. Identifikasi tujuan 
Diagnosis : mekanisme koping inefektif. 
Tujuan umum : klien mengekspresikan kemarahhannya secara efektif 
Tujuan khusus : 
a. Klien menyadari dirinya sedang marah 
b. Klien mengetahui penyebab marah 
c. Klien mengetahui tanda dan gejala marah 
d. Klien mengetahui respon marahnya 
e. Klien dapatt mengidentifikasi keuntungan dan kerugian marahnya 
f. Klien dapat mengidentifikasikan cara marah yang konstruktif 
g. Klien dapat melakukan cara mengekspresikan marah yang konstruktif 

4. Perencanaan. 
a. Kesadaran perawat dan klien sangat penting karena akan mempengaruhi intervensi dan interaksi antar klien dan perawat, bila secara emosi belum siap sebaiknya interaksi ditindak. 
b. Merumuskan batasan marah bersama klien untuk mengenalkan pada klien arti dari rasa marah sehingga klien dapat mengukur dirinya. 
c. Pengendalian terhadap kekerasan dengan melibatkan lingkungan sekitar dan terapi psikoparmako. 
d. Latihan asertif terhadap kekerasan dengan cara menurunkan energy dan emosi kemarahan, dengan cara yang biasa dan dilakukan klien setelah itu dilakukan komunikasi secara asatif dan menyelesaikan permasalahan. 

Intervensi yang diberikan : 
a. Asfek biologic dengan melakukan intervensi kearah aktivitas biologis yang membutuhkan energy cukup banyak seperti olah raga, kerja bakti, dan lain-lain. 
b. Asfek emosi diintervensi dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan diri dan koping. 
c. Asfek intelektual diintervensi dengan cara membatasi focus konsentrasi klien hanya pada hal yang menjadi focus permasalahan, jauhkan pikiran-pikiran lain yang mempengaruhi kondisi emosi. Selesaikan permasalahan tahap demi tahap dengan urutan skala prioritas. 
d. Intervensi terhadap aspek social dilakukan dengan mengurangi frekuensi interaksi dengan orang lain dan batas komunikasi dengan orang lain. 
e. Aspek spiritual berperan penting dalam menurunkan emosi individu karena aspek spiritual merupakan salah satu mekanisme koping yang efektif digunakan pada sebagian individu dewasa. 

5. Implementasi 
a. Kesadaran diri perawat. 
Meliputi kesadaran tentang diri dan responnya terhadap marah, pengetahuan tentang marah. 
b. Merumuskan batasan marah. 
Menurut leowis ( 1970 ) menetapkan bahwa marah akan membantu klien menentukan alasan dan maksud perilaku klien menetapkan alas an dan maksud perilaku klien, menetapkan aternatif cara pengungkapan marah dan dengan marah dapat diungkapkan harapan dengan cara yang positif. 
c. Mengendalikan terhadap kekerasan. 
Dimaksudkan untuk menyalurkan energy secara konstruktif.pada kondisi ini perawat perlu mengembangkan kemampuan mengatasi tingkah laku yang tidak terkontrol, lakukan secara empati dan observasi cermat terhadap tingkah laku klien dalam rangka antisipasi marah.lakukan komunikasi dengan nada lembut, nada rendah, gunakan kalimat sederhana dan pendek, tidak membalas dengan suara keras, sikap rileks, hindarkan tertawa dan tersenyum tidak pada tempatnya, hal ini dapat membantu menjaga harga diri klien sehingga klien mampu mengungkapkan rasa marahnya. 
d. Latihan asertif 
- Katakan “ Tidak ” untuk hal yang tidak beralasan atau tidak logis 
- Mampu mengungkapkan keluhan 
- Mengungkapkan penghargaan atau pujian 

6. Evaluasi. 
a. Evaluasi pada klien 
- Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal atau jengkel ( fisik, verbal, social spiritual ). 
- Klien tidak melakukan perilaku kekerasan. 
- Klien menggunakan obat yang benar. 
- Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari. 

b. Evaluasi pada keluarga. 
- Keluarga mampu merawat klien. 
- Keluarga mengetahui kegiatan yang diperlukan klien dirumah baik sesuai jadwal maupun diluar jadwal. 
- Keluarga mengetahui cara pemberian obat yang benar dan waktu follow-up.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar